Langsung ke konten utama

Krisis Pangan Global dari Berbagai Perspektif


Krisis Pangan Global disebabkan oleh peningkatan populasi penduduk yang tidak diimbangi dengan perkembangan ekonomi yang stabil, terjadinya perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan kelangkaan air. Terdapat banyak pendapat mengenai penyebab krisis pangan global. Namun ada yang meenyebutkan bahwa krisis pangan global disebabkan oleh kurangnya kemampuan produksi pangan, lemahnya kekuatan politik dalam mengatur pangan, dan lain sebagainya. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya dikelompokkan menjadi empat perspektif yaitu:

Perspektif 1
: Teknologi untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Teknologi terbarukan seperti rekayasa genetika dalam pangan digunakan untuk meningkatkan hasil produksi pangan. Rekayasa genetika ini dapat mengembangkan varietas tanaman sehingga tahan terhadap berbagai jenis penyakit dan kondisi lingkungan tertentu. Rekayasa genetika sudah sukses dikembangkan di India, dimana di India padi dapat tumbuh di tanah dengan tingkat fosfor yang rendah. Namun terdapat beberapa pendapat yang menyatakan krisis pangan bukan disebabkan oleh produksi pangan,hal ini dibuktikan dengan kebutuhan kalori masyarakat tetap terpenuhi meskipun populasi terus bertambah. Pendapat lainnya mengatakan krisis pangan disebabkan oleh food waste, sebanyak 1/4 makanan terbuang sia-sia. Selain itu, teknologi tanaman transgenik dianggap dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan.

Perspektif 2: Keadilan dan distribusi
Perspektif ini menyatakan bahwa krisis pangan disebabkan oleh keadilan dan distribusi pangan yang dinilai tidak merata. Hal ini dikarenakan terdapat 800 juta orang yang mengalami kelaparan sementara 1,3 miliar orang lainnya mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Terdapat 3 strategi untuk mengatasi hal ini yaitu:
·        Strategi pertama yaitu pengurangan penggunaan tanaman yang dapat dikonsumsi sebagai bahan bakar. Hal ini dianggap mampu mengurangi harga bahan pangan sehingga dapat kebutuhan masyarakat kurang mampu dapat terpenuhi.
·        Strategi kedua adalah meningkatkan distribusi langsung melalui bantuan makanan dari negara yang ketersediaan pangannya terlalu banyak. Namun jika bantuan tersebut dilakukan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kerugian bagi pasar lokal karena akan menurunkan pendapatan pertanian di daerah tersebut.
·        Strategi ketiga yaitu perubahan pada pola makan masyarakat dengan mengurangi konsumsi daging atau masyarakat mengganti pakan ternak menjadi rerumputan sehingga lahan yang digunakan untuk berternak dapat ditanam bahan pangan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Perspektif 3
: Kedaulatan Pangan Lokal
Perspektif ini berpusat pada kedaulatan sistem pangan lokal yang melibatkan pertanian yang organik, alternatif, beragam, dan bersifat lokal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan pertanian biodinamis (biologically diverse farm) tidak mampu memproduksi bahan pangan yang cukup untuk memastikan keamanan pangan. Pertanian dengan metode ini juga memiliki hasil panen yang lebih rendah dibandingkan dengan pertanian konvensional biasa. Oleh karena itu, para petani dengan pertanian konvensional dianggap dapat mengurangi dampak lingkungan dan mampu mempertahankan hasil panen dengan maksimal.

Perspektif 4
: Kegagalan Pasar, Kedaulatan dan Peraturan
Perspektif ini menyatakan bahwa krisis pangan merupakan salah satu pengaruh dari eksternalitas negatif atau kegagalan pasar. Bentuk eksternalitas yang sering diteui yaitu seperti subsidi dari pemerintah yang tidak tepat, keracunan makanan, dan limbah makanan. Eksternalitas negatif ini dapat dikurangi dengan membebankan biaya produksi dan distribusi kepada konsumen agar masyarakat lebih menghargai makanan, melakukan pengolahan pangan sehingga dapat umur simpan produk pangan bertambah dan keamanan produk pangan untuk mengurangi kasus keracunan pangan dan limbah produksi.
Permasalahan krisis pangan tidak dapat diatasi dengan salah satu perspektif saja. Hal ini dikarenakan setiap perspektif memiliki argumennya sendiri. Oleh karena itu untuk menuntaskan masalah krisis pangan global perlu adanya kolaborasi atau mengkombinasikaan ide-ide dari setiap perspektif.

Referensi:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengolahan Dan Pengembangan Gadung

TUGAS PENGANTAR TEKNOLOGI PANGAN PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN GADUNG ( Dioscorea hispida ) Kelompok Cabe : Gabriella Valencia Supit 1501010040 Ivy Mariska              1501010039 Jennifer                 1501010057 Winardi                  1501010023 NFT A 2015 SURYA UNIVERSITY

Undang-Undang Ketenagakerjaan

Sistem ketenagakerjaan Indonesia saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia sejak 25 Maret 2003. Beberapa hal yang diatur dalam Undang-undang ini adalah. ¯   Pelatihan kerja Hal ini diperlukan untuk membekali, mengoptimalkan, dan mengembangkan para pekerja sehingga mampu untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah dan produktivitas pun turut meningkat. Begitu pula penghasilan serta kesejahteraan diri sendiri dan keluarga juga meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah maupun perusahaan. ¯   Hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang didasarkan pada perjanjian kerja Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) hanya dapat dibuat untuk jenis kegiatan tertentu yang dibatasi pada jangka waktu selama dua tahun serta dapat diperpanjang satu tahun maksimal satu kali. Namun, PKWT dapat diperbaharui satu kali dengan waktu paling lama dua tahun

Budaya dalam Makanan

Indonesia merupakan sebuah negara multicultural yang memiliki beragam budaya. Budaya merupakan aset negara yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan budaya-budaya tersebut dapat menjadi identitas dari sebuah negara. Selain itu, budaya juga dapat menjadi sarana untuk membangun solidaritas antar komunitas dalam masyarakat. Sebagian budaya merupakan bukti atau hasil dari jerih payah para leluhur di masa lalu yang aset untuk memotivasi dan menginspirasi masyarakat generasi penerus yang akan datang. Salah satu budaya yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu makanan. Makanan merupakan bagian hidup atau kebutuhan setiap manusia untuk bertahan hidup. Namun selain untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, makanan memiliki nilai-nilai sejarah dan filosofinya masing-masing. Suatu makanan juga dapat menjadi identitas atau ciri khas suatu komunitas masyarakat atau wilayah Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan budaya sebagai 1 pikiran; akal budi: hasil–; 2 adat istiadat: m