Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Petani Kecil: Kontributor Utama Pangan Global

Petani Kecil didefinisikan sebagai petani dengan penguasaan lahan yang kecil, berpoduksi secara terbatas namun mandiri. Mereka menanami lahan dengan intensif dan menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan secara bersamaan ( multicropping), bahkan mereka mampu menanam sebelum tanaman lainnya dipanen ( Intercropping). Mereka juga cenderung terjun langsung dalam mengolah lahannya (Syahyuti, 2013). Berdasarkan penelitian Samberg et al. (2016), p ertanian kecil menyumbang lebih dari 80 persen produksi beras global, 75 persen produksi global kacang tanah dan kelapa sawit, 60 persen dari produksi global millet dan ubi kayu. Selain itu 50 persen produksi sereal global terjadi di negara berkembang seperti Amerika Latin, Afrika sub sahara, Asia Timur dan Asia Selatan. Namun, meskipun para petani menyumbang 50 persen lebih pangan dunia, masih banyak petani kecil yang mengalami masalah kemiskinan.   Hampir 63 persen masyarakat didunia mengalami kemiskinan, dan 2 per 3nya adala

Transisi dalam Sistem Pangan

Salah satu cara untuk mencapai keadilan social yaitu dengan melakukan t ransisi pada sistem pangan. Di New York, Amerika Serikat, terdapat kegiatan  Supplemental Nutrition Assistance Program   atau SNAP. SNAP ini   merupakan suatu program pemerintah yang memberikan subsidi untuk masyarakat New York yang berpenghasilan rendah (≤ $58.000/tahun). Kini di Eropa dan Amerika sebagian besar passer yang ada yaitu pasar modern atau supermarket. Namun meskipun banyaknya pasar modern, Eropa dan Amerika masih mempertahankan keberadaan pasar tradisional. Pasar tradisional ini tidak buka setiap hari atau setiap saat karena hanya dibuka pada jam-jam tertentu, dan lokasinya tidak menetap (berpindah-pindah menggunakan mobil). Pasar tradisional atau yang lebih dikenal dengan istilah " farmers market ", pihak yang menjadi penjual merupakan para petani secara langsung. New York merupakan sebuah kota yang sangat metropolitan dan kota perdagangan paling modern di Amerika Serikat

Krisis Pangan Global dari Berbagai Perspektif

Krisis Pangan Global disebabkan oleh peningkatan p opulasi penduduk yang tidak diimbangi dengan perkembangan ekonomi yang stabil, terjadinya perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan kelangkaan air . Terdapat banyak pendapat mengenai penyebab krisis pangan global. Namun ada yang meenyebutkan bahwa k risis pangan global disebabkan oleh kurangnya kemampuan produksi pangan, lemahnya kekuatan politik dalam mengatur pangan, dan lain sebagainya. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya dikelompokkan menjadi empat perspektif yaitu: Perspektif 1 : Teknologi untuk Meningkatkan Produksi Pangan Teknologi terbarukan seperti rekayasa genetika dalam pangan digunakan untuk meningkatkan hasil produksi pangan. Rekayasa genetika ini dapat mengembangkan varietas tanaman sehingga tahan terhadap berbagai jenis penyakit dan kondisi lingkungan tertentu. Rekayasa genetika sudah sukses dikembangkan di India, di mana di India padi dapat tumbuh di tanah dengan tingkat fosfor yang rendah. Namun terdapa

Sistem Akuntabilitas: Menciptakan Lingkungan yang Sehat dan Mengurangi Obesitas

Pergeseran kebiasaan makan atau pola konsumsi pangan yang sehat dan segar menjadi pangan olahan yang praktis telah terjadi . Umumnya p angan olahan yang tersedia saat ini tidak memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari, namun hanya memenuhi jumlah kalori atau bahkan melebihi kebutuhan kalori harian. Hal ini lah yang menyebabkan peningkatan berat badan yang jika terjadi terus menerus dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas. Saat ini, pe rmasalahan yang sedang terjadi yaitu tidak adanya akuntabilitas yang kuat dan cukup dari p emerintah untuk mengatur pola makan masyarakatnya. Hal ini di sebabkan oleh pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multinasional dan swasta yang kini menjual pangan olahan . Akuntabilitas sendiri merupakan kemampuan dalam memberikan penjelasan atas tindakan-tindakan yang dilakukan, terutama terhadap pihak-pihak dalam sistem , yang diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dan evaluasi. Adapun kerangka kerja akuntabilitas adala